Minggu, 03 Maret 2013

Paper ABK

PAPER ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
“TUNAWICARA”



Nama Kelompok         :
1.      Adinta Windra Purnadari (111134266)
2.      Yosephin Erni                    (111134xxx)
3.      Paula Rima Tamala           (11134xxx)


PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
TUNAWICARA

A.     Pengertian Tunawicara
Menurut Frieda Mangunsong,dkk dalam Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa, tuna wicara atau kelainan bicara adalah hambatan dalam komunikasi verbal yang efektif. Kemudian menurut Dr. Muljono Abdurrachman dan Drs.Sudjadi S dalam Pendidikan Luar Biasa Umum (1994)  gangguan wicara atau tunawicara adalah suatu kerusakan atau gangguan dari suara, artikulasi dari bunyi bicara, dan atau kelancaran berbicara.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak tunawicara adalah individu yang mengalami gangguan atau hambatan dalam dalam komunikasi verbal sehingga mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.

B.      Faktor Penyebab Tunawicara
Drs.Sardjono mengutip (Moh. Amni dkk,1979,hal 23)  Anak tunawicara dapat terjadi karena gangguan  ketika :
1.    Sebelum anak dilahirkan/ masih dalam kandungan (pre natal)
2.  Pada waktu proses kelahiran dan baru dilahirkan (umur neo natal)
3. Setelah dilahirkan ( pos natal)
1.    Gangguan pre natal
a.              Hereditas (keturunan)
Yaitu apabila anak tunawicara sejak dalam kandungan karena diantara keluarga terdapat tunawicara atau membawa gen tunawicara sehingga ketika lahir anak tersebut memiliki gangguan tunawicara. Ini disebut dengan tuli genetis. Perbedaan rhesus ayah dan ibu juga dapat menyebabkan abnormalitas pada kelahiran anak.
b.             Anoxia
Kekurangan oksigen dalam janin dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan syaraf yang menyebabkan ketidaksempurnaan organ salah satunya aorgan bicara seperti pita suara,tenggorokan,lidah,dan mulut.



2.    Gangguan neo natal
2.1 Prematur
Bayi-bayi prematur yang lahir dengan berat badan tidak normal dan lahir dengan organ tubuh yang belum sempurna dapat mengakibatkan kebisuan yang kadang disertai ketulian. Kurangnya berat pada ketika lahir juga dapat menyebabkan jaringan-jaringan

3.    Gangguan pos natal
3.1 Infeksi
Sesudah dilahirkan anak menderita infeksi misalnya campak yang menyebabkan tuli preseftik,virus akan mennyerang cairan koklea,menyebabkan anak menderita otitis media (koken). Akibat yang sama akan terjadi bila anak menderita scaerlet fever,dipteri, batuk hejang atau tertular sifilis.
3.2 meningitis(radang selaput otak)
Penderita akan mengalami kelainan pada pusat syraf pendengaran dan akan mengalami ketulian perseptif.
3.3 infeksi alat pernafasan
Seseorang dapat menjadi tuna wicara apabila terjadi gangguan pada organ pernafasan seperti paru-paru, laring, atau gangguan pada mulut dan lidah.
C.      Klasifikasi Tunawicara
Dalam buku Ortopedagogik Umum(1998), Heri Purwanto mengemukakan tunawicara secara umum diklasifikasikan menjadi 4 bagian,yaitu
1.      Keterlambatan bicara (Delayed speech )
Yaitu seseorang yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan bicaranya jika dibandingkan dengan anak seusianya.
2.      Gagap (stuttering)
Yaitu kelainan dalam memulai pembicaraan dapat berupa,
a.              Pemanjangan fonom atau suku kata depan (prolongation),
b.              Pengulangan suku kata depan ( repetition ),
c.              Gerak  mulut berbicara namun tidak keluar suara ( silent struggle )
d.             Anak dengan kekacauan dalam berbicara (cluttering), biasanya berupa bicara terlalu cepat, struktur kalimat tidak karuan, repitisi berlebihan.
3.      kehilangan kemapuan berbahasa(disphasia).
Yaitu kehilangan kemampuan berbahasa mulai dari kesalahan dalam inti pembicaraan sampai tidak dapat bebicara sama sekali.
4.      Kelainan suara(voice disorder)
Ditandai dengan perbedaan suara dengan anak normal. Adapun kelainan suara berupa :
a.      Kelainan nada(pitch)
Kelainan nada bicara dapat berupa nada terlalu tinggi, terlalu rendah, atau monoton.
b.      Kelainan kualitas suara
Kelainan kualitas atau warna suara berupa serak, lemah, atau desah.  
c.       Kelainan keras lembutnya suara.
Kelainan ini dapat berupa suara keras ataupun suara lembut

D.     Karakteristik Tuna wicara
Menurut Heri Purwanto dalam Ortopedagogik umum (1998)  yang merupakan karakterisktik anak tunawicara adalah :
1.    Karakteristik bahasa dan wicara
Pada umumnya anak tunawicara  memiliki kelambatan dalam perkembangan bahasa wicara bila dibandingkan dengan perkembangan bicara anak-anak normal.
2.    Kemampuan intelegensi
Kemamapuan intelegensi (IQ) tidak berbeda dengan anak-anak normal, hanya pada skor IQ verbalnya akan lebih rendah dari IQ performanya
3.    Penyesuaian emosi,sosial dan perilaku
Dalam melakukan interaksi sosial di masyarakat banyak mengandalkan komunikasi verbal, hal ini yang menyebabkan tuna wicara mengalami kesulitan dalam penyesuaian sosialnya.Sehingga anak tunawicara terkesan agak eksklusif atau terisolasi dari kehidupan masyarakat normal.
Sedangkan yang  merupakan ciri-ciri fisik dan psikis anak tunawicara adalah .
a.       Berbicara keras dan tidak jelas
b.        Suka melihat gerak bibir atau gerak tubuh teman bicaranya
c.       Telinga mengeluarkan cairan
d.       Biasanya Menggunakan alat bantu dengar
e.       Bibir sumbing          
f.        Suka melakukan gerakan tubuh
g.       Cenderung pendiam
h.       Suara sengau
i.         Cadel    
E.      Hambatan yang dialami anak Tunawicara
Anak  tunawicara memiliki keterbatasan dalam berbicara atau komunikasi verbal, sehingga mereka memiliki hambatan dan kesulitan dalam berkomunikasi dan menyampaikan apa yang ingin mereka rasakan. Kesulitan dalam berkomunikasi akan semakin parah apabila anak tunawicara ini menderita tunarungu juga. Adapun hambatan - hambatan yang sering ditemui pada anak tuna wicara :
a.       Sulit berkomunikasi dengan orang lain
b.      Sulit bersosialisasi.
c.       Sulit mengutarakan apa yang diinginkannya.
d.      Perkembangan pskis terganggu karena merasa berbeda atau minder.
e.       mengalami gangguan dalam perkembangan intelektual, kepribadian, dan kematangan sosial.

F.       Penanganan pada anak Tunawicara

1.      Latihan Artikulasi
Artikulasi adalah gerakan otot-otot dari langit-langit, rahang lidah dan bibir yang perlu untuk bicara. (Drs.Sardjono,1990, Ortopedagogik tuna rungu-wicara).  Sardjono mengutip De vreede Varekamp (1973) ada 4 latihan yang perlu dilakukan dalam membantu anak tunawicara, yaitu
a.       Latihan meniup
b.      Latihan bibir
c.       Latihan lidah
d.      .Latihan velum (untuk anak yang berbicara sengau)
2.      Terapi Wicara (speech therapy)
Yaitu pengembangan kemampuan bicara anak tuna wicara dengan melatih pengucapan oral ( mulut ).
3.      Speech development
Yaitu pengembangan kemampuan bicara. Anak tunawicara dapat diajar berbicara. Dalam masyarakat masih banyak orang yang berfikir bahwa anak tuna  wicara  tidak dapat membawa suara. Pendapat ini salah sebab anak tuna wicara dapat bersuara. Hal ini tergantung melatih suara tersebut untuk berbicara.
4.      speech Improvement
Yaitu segala macam usaha yang berhubungan dengan pengembangan kemampuan bicara. Contoh : grammar, spelling, reading, dam comprehension. Setelah anak terbiasa mengucapkan kata-kata dengan baik maka perlu peningkatan bicara dengan menambah beberapa perbendaharaan kata.
5.      Speech correction
Yaitu suatu pembetulan bicara yang brbau terapi, dengan cara membetulkan dan mengoreksi istilah-istilah yang tidak benar.
6.      Speech education
Yaitu pendidikan bicara dan berbahasa. Cara untuk membantu anak tunawicara adalah :
a)   Bicara harus jelas dengan ucapan yang benar
b)   Gunakan kalimat sederhana dan singkat
c)   Gunakan komunikasi non verbal seperti gerak bibir atau gerakan tangan
d)   Gunakan pulpen dan kertas untuk menyampaikan pesan
e)   Bicara berhadapan muka
f)    Latihan gerak bibir dengan cermin
g)  Latihan menggunakan bahasa isyarat
(ABK TUK TENDIK.pdf Revisi I : Yogyakarta, 23-26 Maret 2010 dr Yulia Suharlina dan Hidayat)
G.     Ringkasan Film

“ayah, mengapa aku berbeda”

Angel adalah seorang anak tunarungu dan tunawicara, ia dilahirkan secara prematur dan ibunya meninggal saat melahirkannya. Angel tinggal dan di asuh oleh ayah dan neneknya yang begitu menyayanginya dan membanggakannya. Pada saat Angel masih berumur 3thn ayah dan neneknya baru menyadari jika Angel mempunyai kelain pendegaran saat di priksa ke dokter Angel menderita tunarungu yang menghambat keterlambatan bicaranya. Tetapi dokter mengatakan bahwa Angel masih memiliki sedikit sisa pendengaran , sehigga Angel diberikan alat bantu. Angel tidak pernah menyerah untuk membuktikan bahwa ia terlahir ke dunia ini dengan tujuan yang diberikan Tuhan. Ia terus berjuang meraih impiannya untuk membahagiakan sang ayah.

Mula-mula Angel harus berjuang untuk belajar bahasa tangan yang juga dengan susah payah bisa dikuasai oleh ayah dan neneknya. Setelah neneknya meninggal. Angel hanya memiliki ayahnya sebagai teman bicara. Angel pertama di sekolahkan di sekolah luar biasa namun disana Angel mempunyai kelebihan dalam berpertasi dan memainkan piano , kemudian guru-guru sekolah luar biasa menyarankan Angel untuk pindah ke sekolah umum. Ayah memutuskan pindah ke kota besar sehingga Angel kelak dapat tumbuh di lingkungan yang lebih terbuka.

Diawali dengan penolakan, akhirnya ada sekolah yang mau menerima Angel sebagai murid. Dunia berubah ketika ia harus bergaul dan hidup dengan orang-orang normal di sekolahnya. Ia tidak diterima oleh sebagian teman-temannya karena dianggap cacat.

Suatu ketika, Angel melihat tim musik sekolahnya dan menawarkan diri sebagai anggota kelompok musik. Angel ditolak. Ia menangis di samping sang ayah yang memberitahu bahwa ia terlahir dari seorang ibu yang pianis.Ayahnya pun mengajarkan dia bermain piano dan terbukti walaupun tidak bisa mendengarkan suara piano, ia bisa bermain piano dengan hati, hingga bisa masuk tim musik sekolah, berkat semangat seorang guru yang selalu mendorongnya untuk tetap meneruskan bakatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar